Cara Lepas dari Overthinking, Kepala Jadi Adem
“Terkadang, bukan masalah yang berat. Tapi pikiran yang tak berhenti berputar membuat hati sesak.”
Pernahkah engkau duduk sendirian, tapi pikiranmu justru terasa berisik? Tubuhmu diam, namun di dalam kepala, ribuan skenario muncul silih berganti. “Bagaimana kalau gagal?” “Bagaimana kalau dia salah paham?” “Bagaimana kalau semua ini tak berjalan sesuai rencana?” — kalimat-kalimat itu berputar seperti badai yang tak kunjung reda. Inilah yang disebut overthinking, dan ia adalah salah satu ujian paling halus bagi jiwa manusia modern.
Overthinking bukan sekadar banyak berpikir. Ia adalah bentuk kelelahan batin yang muncul ketika hati kehilangan tempat bersandar. Saat engkau terlalu ingin mengendalikan segalanya, engkau lupa bahwa ada satu Zat yang justru memegang kendali penuh atas kehidupan ini — Allah .
Dan anehnya, semakin engkau mencoba mengatur semuanya, semakin berat kepala terasa. Pikiran menolak tenang karena ingin memastikan hasil. Padahal, hidup tidak selalu bisa diatur dengan logika manusia. Ada wilayah yang harus engkau serahkan pada keajaiban takdir dan kebijaksanaan Ilahi. Di sanalah kunci ketenangan sejati ditemukan: bukan pada seberapa kuat engkau memegang, tapi pada seberapa tulus engkau melepaskan.
Allah berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” — (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ayat ini adalah obat bagi jiwa yang terlalu bising oleh pikiran. Ketika engkau berdzikir, pikiran yang sempit dibukakan jalan oleh cahaya ketenangan. Hati yang sesak mulai longgar, dan kepala yang panas menjadi adem. Karena dzikir adalah bentuk kepercayaan yang paling murni — tanda bahwa engkau tak lagi ingin memikul beban yang bukan milikmu.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa menjadikan satu kekhawatiran saja, yaitu kekhawatiran terhadap akhirat, maka Allah akan mencukupkan kekhawatirannya di dunia.” — (HR. Ibn Majah, no. 257)
Hadis ini menyentuh begitu dalam. Karena sesungguhnya, overthinking muncul ketika engkau terlalu fokus pada hal-hal duniawi: pandangan orang, masa depan, kesalahan masa lalu. Namun, ketika engkau kembali menata prioritas dan menaruh hati pada Allah, semua kekhawatiran dunia mulai terasa kecil. Pikiran menjadi ringan, kepala menjadi adem, dan hati menemukan kedamaiannya kembali.
Imam Ibn Atha’illah As-Sakandari pernah berkata:
“Istirahatkan hatimu dari urusan dunia, sebab yang telah menanggungnya untukmu adalah Allah.”
Kata-kata itu bukan hanya nasihat, melainkan kunci kebebasan batin. Ketika engkau benar-benar yakin bahwa Allah telah menanggung urusan hidupmu, engkau tak lagi berperang dengan pikiran sendiri. Engkau akan lebih sering tersenyum, lebih tenang menghadapi ketidakpastian, dan lebih mudah berkata: “Aku serahkan semua kepada-Mu, Ya Allah.”
Maka, jika engkau ingin kepala yang adem, mulailah dengan hati yang ikhlas. Bukan dengan berhenti berpikir, tapi dengan belajar menyerahkan hasil kepada yang Maha Mengatur. Karena sejatinya, ketenangan bukan datang dari kepastian dunia, tapi dari kepasrahan kepada Tuhan.
Overthinking tidak hilang hanya dengan nasihat — ia hilang ketika hati benar-benar percaya. Lanjutkan ke Halaman berikutnya: “Menjernihkan Pikiran — Saat Hati Belajar Tenang di Tengah Badai.”