Cara Membahagiakan Diri Sendiri Tanpa Harus Diakui Orang
Ada saatnya dalam hidup ketika engkau merasa telah berbuat banyak, namun dunia seolah menutup mata. Engkau menolong, engkau berjuang, engkau memberi, namun pujian tak kunjung datang dan pengakuan terasa jauh. Dalam diam, engkau mulai bertanya: “Apakah aku tidak cukup baik?” Padahal, mungkin bukan pengakuan manusia yang engkau butuhkan, melainkan ketenangan dari Allah yang Maha Mengetahui isi hatimu.
Di zaman yang ramai oleh tepuk tangan dan sorotan, bahagia seringkali diukur dari seberapa banyak orang lain melihat kita. Padahal, sejatinya kebahagiaan bukan tentang siapa yang melihat, tetapi siapa yang menenangkan hatimu dari dalam. Dan tidak ada penenang yang lebih lembut daripada Allah sendiri.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
Engkau mungkin tak disapa dunia, tetapi jika Allah menatapmu dengan ridha, itulah bahagia yang sesungguhnya. Sebab, kebahagiaan sejati tidak muncul dari pengakuan manusia, melainkan dari ketenangan hati yang sadar bahwa semua yang engkau lakukan dilihat oleh Allah, bahkan ketika tidak ada satu pun mata yang memperhatikan.
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)
Hadis ini adalah pengingat lembut bahwa engkau tidak perlu mencari kebahagiaan di mata manusia. Cukuplah engkau menanamnya dalam pandangan Allah. Karena pengakuan manusia bisa berubah, tetapi pandangan Allah penuh kasih dan tidak pernah salah arah.
Imam Ibn Al-Qayyim rahimahullah pernah berkata: “Barang siapa yang mengenal Allah, maka kebahagiaannya tidak bergantung pada sesuatu selain Dia.” Kalimat ini seakan mengajarkan bahwa semakin engkau mengenal siapa yang menciptakanmu, semakin ringan bebanmu terhadap pandangan orang lain. Engkau tidak lagi sibuk mencari tempat di hati manusia, karena hatimu telah menemukan tempat di sisi Allah.
Mulailah belajar menikmati kesunyian. Karena di sanalah engkau akan mendengar suara hatimu paling jujur. Mungkin dunia tidak tahu perjuanganmu, tetapi Allah tahu setiap helaan napasmu dalam sabar. Mungkin manusia tidak berterima kasih atas kebaikanmu, tetapi Allah menulis setiap amalmu tanpa satu pun yang terlewat.
Dan di situlah letak bahagia yang sejati, ketika engkau tidak lagi hidup untuk dilihat, tetapi untuk diridhoi.
Jika engkau ingin belajar bagaimana menumbuhkan bahagia yang tidak bergantung pada pengakuan manusia, lanjutkan ke halaman berikutnya. Di sana engkau akan menemukan rahasia pertama: Melepaskan Ketergantungan pada Penilaian Dunia, sebuah langkah awal menuju hati yang benar-benar merdeka.