Cara Mencintai Tubuh & Diri Sendiri Lebih Dalam

Cara Mencintai Tubuh & Diri Sendiri Lebih Dalam

Engkau pernahkah berhenti sejenak, lalu menatap pantulan wajahmu di cermin? Saat mata bertemu dengan mata sendiri, sering kali kita bukan melihat keindahan yang diciptakan Allah, tapi daftar panjang kekurangan yang kita anggap tak layak. Kita menilai pipi yang tak setirus dulu, kulit yang tak secerah semula, atau tubuh yang berubah karena waktu. Kita lupa bahwa tubuh ini bukan sekadar wadah; ia adalah amanah, ia adalah ayat-ayat yang bisa dibaca dengan hati yang sadar.

Betapa banyak dari kita yang mencintai orang lain begitu dalam, tapi gagal mencintai diri sendiri dengan cara yang benar. Kita mudah berbelas kasih pada sesama, namun keras pada diri sendiri. Padahal, mencintai diri sendiri bukanlah kesombongan itu adalah bentuk syukur tertinggi kepada Pencipta yang telah menitipkan kehidupan di dalam tubuh ini. Menerima tubuhmu berarti menerima keputusan Allah, dan dari sanalah cinta sejati berawal.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)

Ayat ini bukan hanya penegasan tentang rupa, tapi tentang nilai dan kemuliaan ciptaan manusia. Tubuhmu, sebagaimana ia sekarang, adalah bentuk terbaik untuk tugas hidupmu hari ini. Tidak ada yang keliru dalam rancangan Allah yang perlu diperbaiki hanyalah cara pandangmu terhadap anugerah itu.

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa tubuh bukanlah milikmu sepenuhnya, melainkan amanah yang menuntut kasih sayang, penjagaan, dan penghormatan. Mencintai tubuh berarti memenuhi haknya makan yang baik, istirahat yang cukup, dan menjauh dari hal-hal yang melemahkan jiwa.

Al-Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menulis: “Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. Dan barang siapa lalai dari dirinya, maka ia akan jauh dari Rabb-nya.” Kata “mengenal diri” bukan hanya soal pikiran dan perasaan, tapi juga penerimaan penuh atas tubuh yang menjadi tempat ruh berdiam sementara. Ia adalah bagian dari perjalanan mengenal Allah.

Engkau harus tahu: mencintai tubuh bukan berarti memuja rupa, tapi merawat amanah agar mampu beribadah dengan kuat. Ia bukan tentang membandingkan, tapi tentang bersyukur dan menjaga. Dan cinta pada diri bukan berarti egois, tapi menumbuhkan keseimbangan antara ibadah dan ihsan pada diri sendiri. Karena tanpa mencintai diri, engkau akan sulit mencintai makhluk lain secara tulus.

Bayangkan jika setiap tarikan napasmu disadari sebagai dzikir, setiap langkahmu sebagai ibadah, dan setiap detik keberadaan tubuhmu sebagai tanda kasih Allah. Di sanalah engkau akan mulai mencintai dengan sebenar-benarnya cinta bukan dari ego, tapi dari kesadaran bahwa tubuhmu adalah taman tempat cinta Ilahi bersemayam.

Jangan berhenti di sini, wahai jiwa yang lembut. Masih ada perjalanan lebih dalam bagaimana mencintai tubuh dengan cara yang membuat ruhmu semakin dekat dengan Allah, bukan semakin jauh. Di halaman berikutnya, engkau akan menemukan rahasia mengubah rasa minder menjadi bentuk ibadah, dan bagaimana cinta diri bisa menjadi pintu menuju ketenangan batin. Bacalah hingga akhir, karena di sanalah letak rahasia paling halus yang mungkin selama ini engkau cari dalam diam.