Halaman 1 — Etos Kerja Para Nabi Ketika Tangan Menjadi Jalan Rezeki
Bismillāhirraḥmānirraḥīm.
Banyak orang ingin kaya, tapi sedikit yang mau berusaha. Banyak yang berdoa minta rezeki, tapi menolak proses panjang yang Allah jadikan jalannya. Nabi Daud ‘alaihissalām — seorang raja, pemimpin besar, bahkan nabi pilihan — justru memberi teladan yang membalik logika dunia: meski berkuasa, ia tidak menggantungkan hidup pada pajak rakyat, melainkan bekerja dengan tangannya sendiri.
Dalam masyarakat modern yang terobsesi dengan “hasil instan” dan “uang cepat”, kisah Nabi Daud adalah tamparan keras bagi mental pengemis zaman digital. Beliau bukan hanya simbol spiritualitas, tapi juga simbol *kemandirian ekonomi.* Sebuah keseimbangan antara *dzikir dan kerja*, antara doa dan tindakan.
Inna afḍala mā akala ar-rajulu min kasbi yadih, wa inna nabiyya Allāhi Dāwūd kāna ya’kulu min ‘amali yadih.
Artinya: “Sesungguhnya sebaik-baik makanan seseorang adalah dari hasil kerja tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Allah Daud makan dari hasil kerja tangannya.” (HR. Bukhari)
Hadis ini bukan sekadar anjuran etis, tapi ideologi ekonomi tauhid. Bahwa rezeki sejati bukan apa yang kita minta, tapi apa yang kita usahakan dengan kesadaran bahwa tangan ini alat Tuhan di bumi. Nabi Daud menempa besi, membuat baju zirah, menjualnya, dan hidup dari hasil itu — padahal Allah bisa saja mencukupinya tanpa bekerja. Tapi beliau tahu: kerja bukan cuma soal uang, melainkan ibadah yang menghapus kesombongan dan menegakkan harga diri.
Wa qul i‘malū fasayarallāhu ‘amalakum wa rasūluh wa al-mu’minūn.
Artinya: “Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu.” (QS. At-Taubah [9]: 105)
Islam tidak pernah mengajarkan pengangguran yang disamarkan dengan istilah “tawakal.” Tawakal sejati adalah bergerak sepenuh hati lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah. Nabi Daud memahami ini: tangan bekerja, hati berdzikir. Itulah kombinasi yang membuat rezeki bukan sekadar datang — tapi berkah, bersih, dan menumbuhkan martabat.
Halaman berikut (2/10): “Dari Besi ke Berkah: Teknologi dan Ketekunan Nabi Daud.”
Kita akan bahas bagaimana kerja tangan Nabi Daud bukan sekadar keterampilan,
tapi bentuk spiritualitas teknologi — mengubah bahan keras menjadi alat keberkahan.