Percaya Bukan Curiga: Benteng Terkuat Dalam Hubungan.

Percaya Bukan Curiga — Fondasi yang Menenangkan Jiwa

Kadang, cinta itu bukan tentang seberapa sering engkau bilang sayang, tapi seberapa besar engkau mampu percaya tanpa banyak bertanya. Rasa percaya itu ibarat udara: tidak terlihat, tapi tanpanya, hubungan akan sesak dan kehilangan arah. Banyak hubungan runtuh bukan karena kurang cinta, tapi karena terlalu banyak curiga. Padahal, di balik setiap curiga, ada hati yang belum belajar tenang, belum yakin bahwa kasih sejati tumbuh di tanah kepercayaan, bukan kecurigaan.

Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujurat [49]: 12)

Ayat ini adalah cermin yang seharusnya kita hadapkan pada diri setiap kali rasa curiga datang mengetuk hati. Sebab prasangka yang berlebihan bukanlah bentuk cinta, tapi benih luka yang perlahan menggerogoti keindahan hubungan. Engkau mungkin tidak sadar, tapi setiap kali menuduh tanpa bukti, engkau sedang menanam jarak di antara dua jiwa.

Rasulullah bersabda:

Artinya: “Jauhilah prasangka, karena prasangka adalah ucapan yang paling dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa jelas Rasulullah mengingatkan bahwa prasangka adalah bentuk kebohongan terhadap kenyataan. Ia menciptakan dunia yang tidak nyata, mengubah cinta jadi was-was, dan ketulusan jadi keraguan. Jika engkau benar-benar mencintai, maka peliharalah kepercayaan sebagaimana engkau menjaga kehormatan diri. Sebab kepercayaan adalah jantung dari cinta yang hidup.

Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menulis dalam Madarij As-Salikin: “Tidak ada ketenangan bagi hati yang dikuasai prasangka, sebagaimana tidak ada kebahagiaan bagi jiwa yang kehilangan rasa percaya.” Kata-kata ini mengajarkan bahwa kepercayaan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang hanya bisa dimiliki oleh hati yang matang dalam iman. Karena percaya artinya menyerahkan sebagian kendali kepada Allah. Engkau tidak bisa mengatur segalanya, tapi engkau bisa menenangkan diri dengan yakin bahwa Allah menjaga kebenaran di balik segala hal yang engkau belum mengerti.

Percaya bukan berarti buta, tapi memilih untuk melihat dengan mata hati. Curiga bukan berarti peduli, tapi tanda bahwa ada luka yang belum sembuh di dalam jiwa. Dan cinta sejati tidak tumbuh di tanah yang gersang oleh ketakutan. Ia hanya akan bersemi di hati yang mampu menenangkan diri, lalu menyerahkan rasa pada kehendak Ilahi.

Mungkin engkau sedang berjuang untuk percaya. Tapi ketahuilah, setiap langkah menuju kepercayaan adalah langkah menuju kedewasaan spiritual. Dalam Islam, rasa percaya bukan sekadar urusan cinta antara manusia, tapi juga latihan untuk mempercayai Allah atas segala sesuatu. Jika engkau belum bisa percaya pada manusia, tanyakanlah: seberapa dalam engkau percaya kepada Tuhanmu?

Di situlah kuncinya. Ketika engkau belajar menaruh percaya, engkau sedang menumbuhkan pohon ketenangan yang akarnya menembus bumi dan daunnya meneduhkan langit cinta.

Jangan berhenti di sini, karena pada halaman berikutnya, engkau akan memahami bagaimana kepercayaan bisa menjadi ibadah, bukan sekadar perasaan. Lanjutkan membaca, dan temukan kedalaman spiritual dari sebuah “percaya” yang dilihat dari pandangan langit.


Share Artikel di → beritalangit.com dapat meningkatkan Pendapatan Tambahan dan Finansial. 👉 Mari sebarkan kebaikan, dan biarkan keberkahan kembali padamu.