Rahasia Orang Jepang Bahagia dengan Hal Kecil
Pernahkah engkau bertanya-tanya mengapa banyak orang Jepang tampak begitu damai, tenang, dan bahagia meski hidup mereka sering kali sederhana? Mereka berjalan perlahan di pagi hari, menyeduh teh dengan penuh kesadaran, menatap bunga sakura yang gugur dengan senyum kecil di wajah. Seolah kebahagiaan itu bukan sesuatu yang mereka kejar, tapi sesuatu yang mereka rasakan di setiap detik kehidupan. Bagaimana bisa mereka menemukan kebahagiaan hanya dari hal kecil?
Rahasia itu ternyata bukan pada kekayaan, kemajuan teknologi, atau ketenaran budaya mereka. Rahasianya ada pada kesadaran penuh dalam menikmati kehidupan. Mereka menyebutnya Ikigai makna hidup yang membuat seseorang bangun setiap pagi dengan rasa syukur dan semangat. Namun jika kita pandang dari kacamata Islam, nilai-nilai ini sesungguhnya telah lebih dulu diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Islam mengajarkan kesederhanaan, syukur, dan keindahan dalam menikmati yang kecil sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)
Ayat ini adalah kunci bagi setiap jiwa yang ingin bahagia. Syukur adalah seni menemukan nikmat dalam hal yang kecil. Orang Jepang memiliki kebiasaan menyadari hal-hal kecil dengan penuh rasa hormat, sementara Islam mengajarkan kita untuk menyadari hal-hal kecil dengan penuh rasa syukur. Inilah perbedaan sekaligus keindahan mereka menikmati momen, kita mensyukuri pemberian.
Rasulullah bersabda:
“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu (dalam urusan dunia), dan jangan melihat kepada orang yang di atasmu, agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR. Muslim)
Hadis ini menggambarkan dengan indah cara menjaga kebahagiaan hati. Engkau tidak akan pernah merasa cukup jika selalu membandingkan hidupmu dengan orang lain. Namun, ketika engkau mulai melihat ke bawah, engkau akan sadar betapa banyak nikmat kecil yang telah Allah anugerahkan. Inilah akar kebahagiaan yang tidak tergoyahkan rasa cukup dalam hati yang penuh syukur.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Hati yang bersyukur adalah hati yang paling tenang, karena ia tidak sibuk menghitung kekurangan, melainkan menghargai karunia yang telah diberikan.” Betapa dalam makna ini. Hati yang terbiasa bersyukur akan selalu menemukan keindahan bahkan dalam hal kecil. Seperti orang Jepang yang tersenyum melihat dedaunan jatuh, seorang mukmin pun tersenyum ketika melihat cahaya fajar karena keduanya tahu, hidup ini indah bila dijalani dengan kesadaran dan rasa syukur.
Jika engkau ingin belajar bahagia dengan hal kecil seperti mereka, mulailah dari sekarang dengan cara Islami. Ketika engkau minum air, rasakan bahwa setiap tegukan adalah nikmat dari Allah. Saat engkau mendengar suara azan, sadari bahwa itu adalah panggilan lembut dari Sang Pencipta. Saat engkau berbagi makanan sederhana dengan keluarga, rasakan kehangatan yang tidak bisa dibeli oleh apa pun. Inilah versi Islami dari Ikigai, hidup dengan tujuan, kesadaran, dan rasa syukur kepada Allah.
Hidup sederhana bukan berarti hidup tanpa makna. Justru dalam kesederhanaan, Allah sering menanamkan kedamaian yang tidak ditemukan dalam kemewahan. Bahagia bukan karena banyaknya yang engkau miliki, tapi karena kemampuan hatimu menikmati yang sedikit. Orang Jepang mengajarkan kesadaran dalam hal kecil, sementara Islam mengajarkan makna spiritual di baliknya. Dua hal ini berpadu indah ketika engkau memaknainya dengan iman.
Di halaman berikutnya, engkau akan diajak menelusuri konsep Ikigai dari sudut pandang Islam dan menemukan bagaimana nilai-nilai spiritual dapat menuntunmu pada kehidupan yang tenang dan bermakna. Lanjutkan membaca, karena rahasia sejati bahagia ada di dalam kesadaran yang bersumber dari iman.