Tidur Berkualitas = Mood Bahagia Seharian

Tidur Berkualitas = Mood Bahagia Seharian

Ketika malam tiba, langit menjadi saksi bagi jiwa-jiwa yang menenangkan diri dalam hening. Ada yang merebah dengan hati lelah, ada pula yang memejamkan mata sambil menanggung gelombang pikiran yang belum padam. Namun, bagi jiwa yang memahami makna tidur sebagai ibadah, setiap rebahan bukanlah sekadar istirahat, melainkan perjalanan menuju penyembuhan batin. Engkau mungkin sering merasakan, betapa tidur yang tak berkualitas menjadikan pagi terasa berat, hati mudah tersulut, dan dunia tampak buram. Tetapi tahukah engkau, bahwa tidur yang baik bukan hanya anugerah biologis, melainkan nikmat ruhani yang menyentuh keseimbangan hati dan akal.

Dalam tidur yang tenang, Allah mengajarkan makna pasrah yang paling murni. Sebab ketika engkau menutup mata, engkau melepaskan kendali dan menyerahkan hidupmu pada penjagaan-Nya. Tidur bukan sekadar pelepas lelah, tetapi sebuah tanda keimanan yang dalam. Di situlah letak rahasia kebahagiaan yang banyak diabaikan manusia modern: bahwa jiwa yang tidur dengan damai akan bangun dengan hati yang bahagia.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

" "
Artinya: “Dan Dialah yang menidurkanmu di malam hari dan mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan.”
(QS. Al-An‘am: 60)

Ayat ini tidak sekadar berbicara tentang siklus tidur dan bangun, tetapi tentang keseimbangan ilahi. Bahwa setiap kali engkau terlelap, ruhmu seperti diangkat sejenak untuk disucikan dari penat dunia, lalu dikembalikan dalam keadaan segar agar engkau dapat melanjutkan kehidupan dengan semangat yang baru. Itulah sebabnya, tidur yang berkualitas adalah bagian dari rahmat Allah yang mengembalikan energi spiritual manusia.

Rasulullah bersabda:

" : "
Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian hendak tidur, hendaklah ia membaca: Dengan nama-Mu ya Allah, aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.”
(HR. Al-Bukhari)

Kata-kata itu bukan hanya doa sebelum tidur, tetapi kunci ketenangan batin. Ia mengajarkan bahwa tidur bukan akhir dari kesibukan, melainkan permulaan dari pembersihan jiwa. Ketika lidah mengucapkan nama Allah, hati pun ikut menyerah dalam keheningan yang menenangkan. Maka tidur menjadi ibadah, bukan sekadar rutinitas malam.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin menjelaskan, “Tidur seorang mukmin yang disertai niat untuk menguatkan tubuh dalam ketaatan lebih utama dari berjaga tanpa tujuan.” Pernyataan itu menggambarkan betapa Islam memuliakan keseimbangan antara jasmani dan ruhani. Sebab tidur yang diniatkan karena Allah akan membuka pintu rezeki batin berupa ketenangan, keikhlasan, dan semangat ibadah di pagi hari.

Maka bila engkau ingin bahagia, perbaikilah tidurmu. Tidur yang berkualitas bukan tentang lamanya, melainkan tentang kedekatan hati kepada Allah sebelum terlelap. Saat engkau tidur dengan dzikir, engkau sedang merawat hatimu agar bangun dalam kebahagiaan. Dan ketika bangun dengan syukur, seluruh hari akan terasa lebih ringan dan penuh berkah.

“Jangan berhenti di sini. Karena rahasia sejati tentang bagaimana tidur bisa menyembuhkan hati dan memperbaiki mood akan engkau temukan di halaman berikutnya. Mari lanjutkan, sebab setiap paragrafnya akan membuka pintu-pintu ketenangan yang selama ini engkau cari.”